Home
› Sholat Ied Hari Raya Idul Fitri Alun-alun Utara Yogyakarta, Kapolda DIY Bertindak Sebagai Khotib
Friday, 15 June 2018
Sholat Ied Hari Raya Idul Fitri Alun-alun Utara Yogyakarta, Kapolda DIY Bertindak Sebagai Khotib
Yogyakarta- Kapolda DIY Brigjen Pol Drs. Ahmad Dofiri, M.Si bertindak sebagai khotib dalam Sholat Ied Hari Raya Idul Fitri 1439H yang digelar di Alun-alun Utara Yogyakarta, Jumat (15/06/2018).
Dselenggarakan oleh PHBI DIY dengan mengusung tema "Semangat Idul Fitri kita jadikan momentum untuk menyerukan Islam sebagai agama perdamaian guna merajut keberagaman dan memperkuat keutuhan NKRI".
Sholat Ied tersebut diikuti sebanyak 10.000 jamaah yang memadati kawasan Alun-alun Utara hingga titik nol km dengan Imam yakni Imam besar Masjid Gede Kauman Ir H. Azman Latif.
Adapun Materi Khotbah yang disampaikan oleh Kapolda DIY Brigjen Pol Drs. Ahmad Dofiri, M.Si. yakni tiada kata yang patut kita ungkapkan, kecuali mengucap syukur kehadirat Allah SWT karena kita dipertemukan kembali
dihari kemenangan yang suci ini. Idul Fitri bagi umat Islam merupakan hari bergembira dan hari kemenangan karena telah berhasil dalam menggapai kesucian sehingga kembali kepada keadaan fitrah.
Satu ucapan populer dalam konteks Idul Fitri adalah “minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin” Minal aidin berarti (semoga kita) termasuk orang-orang yang kembali Kepada fitrah, sedangkan al-faizin berarti “keberuntungan”.
Bangsa Indonesia tidak hanya memaknai Idul Fitri atau Lebaran sebagai hari raya maupun hari kemenangan saja, tetapi
juga memaknainya sebagai bentuk penguatan silaturrahim di antara keluarga, tetangga, dan masyarakat untuk berlapang dada dengan saling memaafkan dari lubuk hati yang paling dalam.
Spirit Idul Fitri untuk saling maaf-memaafkan dan kembali ke ajaran
Islam yang benar kiranya sangat relefan kita jadikan momentum dihadapkan pada kondisi bangsa saat ini yang kerap diwarnai berbagai konflik, mengikisnya nilai-nilai toleransi, merebaknya
faham radikal, dan aksi terorisme yang jelas-jelas kesemuanya itu jauh dari ajaran Islam, karena sejatinya Islam adalah agama perdamaian Din As-salam, yakni Islam yang rahmatan lil'aalamin..
Sebagai umat Islam, kita tidak bisa mengelak dari persepsi yang menggejala di masyarakat tersebut. Realitasnya memang demikian, ada tindak kekerasan yang mengatasnamakan kelompok Islam. Bahkan, terdapat kelompok yang mempercayai bahwa tindak kekerasan yang dilakukan adalah tindakan yang dapat dibenarkan. Jangankan merasa dosa, mereka justru berharap untuk bisa mendapatkan surga, berkat melakukan
tindak kekerasan tersebut. Bahkan yang lebih memprihatikan dan mengusik perasaan kita sebagi umat Islam, bahwa tindak kekerasan yang mereka lakukan bukan saja kepada mereka yang tidak seiman, tetapi terhadap sesama muslim sekalipun kalau berbeda pemahaman dengan kelompoknya maka dikatakan
sebagai thaghut dan halal darahnya, begitulah kebenaran yang mereka yakini dengan mengusung faham takfiri.
Dalam fitrahnya, Islam adalah agama yang membawa pada keadilan dan rahmat bagi semesta alam.
Nilai-nilai perdamaian pada hakekatnya banyak termaktub dalam al-Quran
dan juga secara jelas diindikasikan dalam berbagai riwayat hadis Nabi. Tidak ada satu ayat pun dalam al-Qur'an, dan tidak ada satu Hadis pun yang mengobarkan semangat kebencian,permusuhan
pertentangan, atau segala bentuk perilaku negative dan represif yang mengancam stabilitas dan kualitas kedamaian hidup.
Al-Qur'an menegaskan bahwa Rasulullah SAW diutus oleh Allah untuk menebarkan kasih sayang. Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi rahmat bagi semesta alam. (Q.S. Al-Anbiya: 107).
Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa islam adalah agama yang rahmatan lil 'aalamin, bukan membawa pada kerusakan dan perpecahan :
Pertama, Islam agama yang condong pada kedamaian. Kalaupun di dalam Al-Qur'an menjelaskan tentang perang, sejatinya perang itu dalam rangka mempertahankan diri dari serangan musuh dan ada batasan-batasan siapa yang boleh diperangi dan siapa yang
tidak boleh diperangi, karena sesungguhnya perdamaian itulah
yang dikehendaki.
Kedua, larangan membunuh. Dalam ajaran Islam menghilangkan nyawa orang lain adalah perbuatan yang
dilarang, jangankan membunuh orang lain, menganiaya dirinya sendiri saja dalam Islam tidak dibenarkan.
DalamAlQur'an surat Al Maidah ayat 32 Allah berfirman:
Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena
orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya dan barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia maka seakan-akan ia memelihara kehidupan manusia seluruhnya "(QS.Al Maidah: 32)
Ketiga, menyerahkan kepercayaan kepada masing-masing manusia. Memeluk agama Islam bukanlah paksaan, sehingga sangatlah keliru kalau menilai seruan untuk memeluk Islam
dilakukan melalui hunusan pedang. Begitu juga Islam mengajarkan untuk menghormati pemeluk agama lain dan bukan malah memusuhinya.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Keempat, menyampaikan dakwah bil hikmah. Islam mengajarkan dalam menyampaikan dakwah yang dilakukan dengan kelembutan dan bukan dengan cara-cara menakutkan atau memprovokasi.
Begitulah nilai-nilai ajaran Islam sebagai agama perdamaian yang senantiasa mengedepankan prinsip-prinsip
penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang universal.
perdamaian merupakan jantung dan denyut nadi dari agama Menolak perdamaian merupakan sikap yang bisa dikategorikan sebagai menolak esensi agama dan kemanusiaan. Dengan
demikian, Islam diturunkan tidak untuk memelihara permusuhan atau kekerasan di antara umat manusia. Konsepsi dan fakta-fakta sejarah Islam menunjukkan bahwa Islam mendahulukan sikap kasih sayang, keharmonisan dan kedamaian.
Kebersamaan kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang telah dibangun oleh founding fathers yang
melandasi pada Pancasila sebagai azas atau dasar negara, UUD 1945 sebagai konstitusi negara, NKRI sebagai bentuk negara, dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara, terbukti telah
mampu mengantarkan bangsa ini melewati berbagai ujian dan cobaan. Sepenggal dari cerita sejarah kemerdekaan bangsa ini yang diperjuangkan dengan gagah berani oleh para pejuang yang dibarengi dengan pekik merdeka atau mati dan kumandang takbir serta jargon fenomenal yang difatwakan oleh KH. Hasyim Asy'ari
"Hubbul wathon minal iimaan", cinta tanah air adalah sebagian dari
iman, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa nilai-nilai Islami
sudah merasuk dan mengilhami berdirinya negara ini Optimisme untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa ini
kedepan bukanlah isapan jempol belaka. Dengan ditopang oleh mayoritas penduduknya yang beragama Islam tentunya sebagai modal utama, sebagaimana yang Allah janjikan di dalam Al-Qur'an
Salah satu langkah yang harus ditempuh tentunya harus memperkuat persatuan atau ukhuwah islamiyah yang dimaknai
sebagai persaudaraan yang berdasarkan dengan nilai-nilai Islam, didalamnya mencakup ukhuwah diniyyah (persaudaraan terhadap sesama orang Islam), ukhuwah wathaniyyah (persaudaraan berdasarkan rasa kebangsaan), dan ukhuwah basyariyyah (persaudaraan berdasarkan sesama makhluk Tuhan).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Write comment